BANJARMASIN – Kain Sasirangan kini kian populer. Apalagi setelah digelar Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) oleh Dekranasda Kota Banjarmasin bekerjasama Pemko Banjarmasin selama tiga tahun berturut turut, gaungnya kini mulai terasa menasional. Salah satu rangkaian dari kegiatan BSF tahun 2019 ini adalah Forum Diskusi Sasirangan. Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Kayuh Baimbai, Balai Kota Banjarmasin itu, selain menghadirkan langsung para pengrajin sasirangan Kota Banjarmasin, juga menghadirkan Konsultan Kemasan Produk dari IDEA Grafis, Raden Kusdini Nurdiati, kemudian Konsultan Marketing dari FABA Reza B Surianegara, selanjutnya Perwakilan dari Bank Indonesia Shodiqin, Dekranasda Provinsi Kalsel H Hasan Talaohu, dan Ketua Dekranasda Kota Banjarmasin Hj Siti Wasilah. Topik utama dalam forum diskusi yang dibuka langsung oleh Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina itu, tentang cara mempromosikan produk kain sasirangan agar bisa lebih dikenal masyarakat luas. Caranya dengan membuat kemasan produk kain sasirangan semenarik mungkin agar bisa diminati masyarakat. “Harga itu bukan suatu patokan. Jadi harga itu akan kita tentukan kalau kita sudah menemukan segmen pasar kita, kalau kita selama ini hanya menjual dengan harga kita, hanya membuat komoditi, kan sayang, karena sasirangan itu suatu nilai seni, jangan dijual hanya untuk komoditi, tetapi ada sesuatu yang harus dihargai secara kreasi seninya,” ucap Raden Kusdini Nurdiati, Kamis (07/03).
Untuk bisa membuat menarik perhatian konsumen dalam memasarkan produk sasirangan, lanjutnya, bisa menambahkan narasi tentang cikal bakal kain sasirangan dalam kemasannya. Selain itu, kemasan yang digunakan pun jangan menggunakan kantong plastik, tetapi cukup menggunakan kemasan kertas. “Bapak dan Ibu bisa menuliskan narasi tentang sejarah kain sasirangan di kemasan kertas itu, saya pikir ini akan lebih menarik minat masyarakat,” katanya. Hal senada juga dikatakan Hj Siti Wasilah. Menurutnya, Dekranasda Kota Banjarmasin memiliki keinginan kuat agar kain kebanggaan kota ini semakin kuat eksistensinya dalam hal apa saja. Ia tidak ingin kain sasirangan dianggap kain jumputan atau shibori, karena kain sasirangan berbeda dengan kain yang lain. Kain sasirangan memiliki kekuatan sejarah. “Catatan sejarah itu akan memperkuat nilai dari sebuah kemasan kain sasirangan, sehingga dihargai tidak saja oleh kita warga Kota Banjarmasin dan warga Banua Kalsel, tetapi oleh orang-orang di luar sana juga akan semakin menghargai kain ini, sebagai sebuah kekuatan sejarah dan budaya nusantara,” cetusnya. Selain itu, istri Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina ini juga mengatakan, dengan semakin dikenalnya kain sasirangan maka akan memberikan nilai tambah dan bernilai ekonomi, sehingga akan membuat kesejahteraan bagi para pengrajinnya. Untuk itu ia berharap, masyarakat bisa menghargai para pengrajin sasirangan yang telah bersusah payah menuangkan ide-ide kreatifnya dalam pembuatan kain tersebut. Meski begitu, ia juga tidak ingin harga kain sasirangan dipatok terlalu tinggi sehingga dampaknya akan menyulitkan masyarakat untuk memilikinya. Makanya, stadarisasi harga sesuai kesepakatan yang dibuat oleh para pengrajin juga sangat diperlukan dalam memasarkan produk kain sasirangan. Sementara itu Reza B Surianegara mengungkapkan, untuk membuat sebuah produk laris dipasaran, diperlukan sebuah brand yang bisa menarik perhatian masyarakat. Sebuah video clip yang bercerita tentang cikal bakal kain sasirangan, kemudian dipublikasikan melalui media massa dan media on line, akan dapat menarik perhatian masyarakat, mengingat apa yang tergambar dalam video tersebut merupakan sebuah brand. Untuk diketahui, sejarah kain sasirangan dulunya adalah pakaian khas kaum bangsawan yang hidup di Bumi Kayuh Baimbai. Kain dengan corak unik ini, dahulunya juga digunakan sebagai salah satu alat untuk pengobatan alternatif oleh masyarakat yang (batatamba-bahasa Banjar). Sementara itu, saat membuka kegiatan tersebut, Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina berharap, kegiatan tersebut bukan hanya menjadi sarana untuk berbagi informasi, tetapi juga memperbaiki kualitas, terus berkreasi dan berinovasi menjadikan Banjarmasin makin dikenal, kain sasirangan makin menasional dan bahkan makin mendunia. Tampak hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Disperindag Kota Banjarmasin, Wakil Ketua Dekranasda Kota Banjarmasin Hj Siti Fatimah dan Ketua Dharma Wanita Persatuan Pemko Banjarmasin Hj Aneta Olpah.(humpro-bjm)
Posting Komentar