BANJARMASIN - Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina sepertinya menaruh harapan besar agar Workshop Historic Urban Landscape (HUL) Quick Scan Banjarmasin, bisa menghasilkan keputusan yang bisa menjadi acuan dinas-dinas lingkup kota seribu sungai, dalam melakukan pembenahan. Di hari kedua pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Anno, Siring Menara Pandang Kota Banjarmasin, pemimpin Bumi Kayuh Baimbai berkesempatan hadir di tengah-tengah narasumber dan peserta workshop tersebut. Dalam kesempatan itu, ia mengutarakan harapannya tersebut. “Kami berharap dengan acara ini kita bisa mendapatkan kertas kerja, yang kemudian menjadi sebuah masukan dari semua pihak, termasuk juga bagi Kota Banjarmasin,” harapnya, Senin (28/10)
Kota Banjarmasin merupakan ibukota tertua di Pulau Kalimantan. Meski usia kota ini telah mencapai 493 tahun, namun H Ibnu Sina tetap ingin seluruh masyarakatnya tetap penuh semangat dalam membangun kota “Kotanya boleh tua, tapi dinamika penduduknya tidak boleh tua,” katanya.
Seperti pemberitaan sebelumnya, dua puluh satu orang peserta, terdiri dari mahasiswa dan profesional muda berasal dari Kota Banjarmasin dan beberapa daerah lain di luar Pulau Kalimantan, mengikuti kegiatan Workshop Historic Urban Landscape (HUL) Quick Scan Banjarmasin. Kegiatan yang menghadirkan beberapa narasumber terdiri dari Hasti Tarekat dari Heritage Hands-on Belanda, Jacqueline Rosbergen dan Peter Timmer dari Badan Warisan Budaya, Kementrian Pendidikan, Kebudayan dan Ilmu Pengatahuan Belanda, dan Vera D Damayanti dari Departemen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor, dilaksanakan di Rumah Anno, Siring Tendean, Banjarmasin. Menurut Kabid Pengembangan Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin, M Khuzaimi, yang juga penyelenggara kegiatan tersebut, diskusi dalam workshop HUL Quick Scan Banjarmasin akan menitik beratkan pada topik terkait tantangan pembangunan Kota Banjarmasin di masa mendatang. “Permasalahan sanitasi kota, peran sungai sebagai moda transportasi perkotaan, serta pelestarian warisan budaya kota Banjarmasin, menjadi beberapa issue yang dibicarakan,” ujarnya, dalam pers riliesnya. Dalam diskusinya, jelasnya lagi, HUL Quick Scan lebih menekankan pembangunan perkotaan melalui pendekatan hasil pengembangan Badan Warisan Budaya Belanda, yang diadopsi dari kerangka Historic Urban Lanskap UNESCO. Dengan metode tersebut, lanjutnya, diharapkan dapat lebih membantu para praktisi memahami sebuah lanskap perkotaan dalam keterbatasan waktu. Sehingga perumusan konsep dasar pengembangan masa mendatang, dapat dilakukan berdasarkan fitur-fitur warisan budaya, baik yang tangible maupun intangible. “Workshop HUL ini menitikberatkan pada penciptaan gagasan untuk konservasi dan pengembangan pada skala area perkotaan dan regional yang berkaitan dengan prospek dan dasar untuk perencanaan ke depan,” jelasnya.
Sebagai bahan percontohan dalam kegiatan yang dilaksanakan dari tanggal 27 Oktober hingga 1 November 2019 itu, setidaknya ada empat lokasi yang dijadikan simple studi kasus terkait pengembangan kota berbasis sungai, dan revitalisasi pemukiman tepian sungai perkotaan di Banjarmasin yakni, kawasan Kampung Seberang Masjid, Kampung Arab-Pasar Lama, Kampung Kelayan bagian muara, dan Kampung Sungai Jingah.(humpro-bjm)