BANJARMASIN – Ada yang menarik dari event Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) tahun 2019 ini, selain mengangkat budaya dan kearifan lokal Bumi Kayuh Baimbai, ternyata juga tetap mengedepankan aspek ramah lingkungan. Hal ini terlihat dengan tidak digunakannya benda bernama plastik dalam setiap rangkaian kegiatannya seperti, kegiatan expo BSF yang melibatkan sekira 40 orang pengrajin sasirangan asli kota berjuluk seribu sungai, kemudian kegiatan Forum Diskusi Sasirangan, Lomba Bolu Gulung Sasirangan, Senam Pakai Sasirangan, Fashion Show, Soft Opening Cafe Coffe Galeri Sasirangan dan Fashion Show GOW, serta Parade Sasirangan, hingga akhir penutupan BSF, semua tidak menggunakan produk plastik. Menariknya, dalam kegiatan Forum Diskusi Sasirangan yang dilaksanakan di Aula Balai Kota Banjarmasin, Konsultan Kemasan Produk dari IDEA Grafis, Raden Kusdini Nurdiati menyatakan, mengemas kain sasirangan agar lebih menarik jangan menggunakan plastik, tetapi gunakan produk kemasan yang lebih simpel dan mudah dikreasi seperti memakai piper bag. “Kalau orang beli kain bongkar pasang plastik sampai plastiknya lecek, kenapa kita tidak pakai kemasan kertas. Jadi kalau setiap kain bisa digulung kemudian dimasukan kegulungan kertas (piper bag) yang telah disiapkan,” ucapnya. Untuk bisa membuat lebih menarik perhatian konsumen, para pengrajin bisa menambahkan narasi tentang cikal bakal kain sasirangan dalam kemasan piper bag. “Jadi nanti kain sasirangan bisa digulung di kertas itu, dan di kertas itu juga bisa dicantumkan alamat sosial media, telponnya, dan ada narasi sejarah serta logo-logo UKM. Saya pikir ini akan lebih menarik minat masyarakat,” katanya.
Hal senada juga dikatakan Hj Siti Wasilah. Menurutnya, Dekranasda Kota Banjarmasin memiliki keinginan kuat agar kain kebanggaan kota ini semakin kuat eksistensinya dalam hal apa saja. Tentunya, ini merupakan bentuk bentuk komitmen Pemko Banjarmasin bersama stakeholder dan seluruh lapisan masyarakat dalam mendukung Perwali Nomor 18 tahun 2016 tentang Larangan Penggunaan Plastik, dan Program 1000 tumbler dan 1000 bakul purun yang telah dilaunching saat peringatan 3 tahun kepemimpinan Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina dan Wakil Walikota Banjarmasin H Hermansyah. Meskipun dalam setiap rangkaian kegiatan BSF pihak panitia juga telah menyediakan air minum dengan menggunakan gelas kaca. Tapi, rata-rata setiap peserta yang mengikuti event tersebut membawa sendiri tempat botol minumnya (tumbler). “Spiritnya adalah kita ingin mengurangi kantong plastik. Tahun lalu kita menggunakan pelarangan kantong plastik di ritel dan toko modern, sekarang harus ada inovasi baru yaitu untuk mengurangi plastik dengan selalu memakai tumbler ke sekolah-sekolah, ke tempat kerja, dan tempat fasilitas umum lainnya,” ujar H Ibnu Sina, saat melaunching program seribu tumbler, seribu bakul purun, beberapa waktu lalu. Kegiatan BSF tahun 2019 digelar sejak tanggal 6 hingga 10 Maret 2019. Pembukaan kegiatan tersebut dilaksanakan di Panggung yang dibuat di tengah Sungai Martapura. Tak hanya diikuti 13 kabupaten kota se Kalsel, tetapi beberapa daerah di luar Pulau Kalimantan juga ikut memeriahkan event yang tahun 2020 nanti akan dimasukan dalam kalender pariwisata nasional ini, seperti Mojokerto, Banyuwangi, Banten, Lampung, Malang, dan Kutai Kartanegara. Dan yang tak kalah membanggakannya lagi, dari catatan panitia, dalam 4 hari kegiatan, nilai transaksi yang berhasil diraih sekira Rp866,3 juta, dan dengan jumlah pengunjung mencapai 17 ribu orang. Makanya jangan heran, bila H Ibnu Sina menyatakan, Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) 2019 yang dilaksanakan sejak tanggal 6 sampai 10 Maret 2019, adalah event BSF tersukses sepanjang sejarahnya. “Banjarmasin Sasirangan Festival ke 3 di tahun 2019 ini kami katakan berhasil dan sukses pelaksanaannya, sukses acaranya, sukses seluruh kegiatannya. Mudah-mudahan tahun depan bisa tembus 1 milyar,” ucap Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina saat menutup kegiatan tersebut. (humpro-bjm)
Posting Komentar