BANJARMASIN – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Banjarmasin, menggelar Forum Diskusi Sasirangan dengan tema “Sasirangan Mau Dibawa Kemana??”. Di Rumah Anno 1925 Siring Menara Pandang, Jumat (6/3/20).
Kegiatan tersebut adalah salah satu rangkaian acara Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) 2020. Tentu kegiatan tersebut sangat menarik, mengingat hingga saat ini tidak semua lapisan masyarakat paham dengan tujuan dilestarikannya kain khas pakaian raja Banjar ini.
Begitu pula ketika sasirangan dijadikan sebuah ajang festival, ternyata masih banyak masyarakat yang belum begitu paham dengan maksud serta tujuan dilaksanakan event yang kini sudah ke empat kalinya dan menjadi agenda tahunan Pemko Banjarmasin itu.
Oleh sebab itu pada BSF ke 4 ini, Ketua Dekranasda Kota Banjarmasin, Hj Siti Wasilah mengambil kesempatan dengan menggelar diskusi public dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat, beserta para ahli yang spesial didatangkan dalam acara tersebut.
Sebut saja seperti, dari Kementerian Perindustrian RI, Kementerian Hukum dan HAM, Plt Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Tenaga Kerja Kota Banjarmasin, dan para kepala SKPD terkait lainnya.
“Mudah mudahan dengan bimbingan bapak dan ibu, kami seluruh pengrajin di Kota Banjarmasin bisa terus mengangkat kebanggaan kami, dan juga bisa mendorong berkembangnya usaha kecil menengah khususnya para pengrajin yang sudah berhadir pada hari ini,” kata Ketua Dekranasda Kota Banjarmasin, Hj Siti Wasilah.
Lanjtnya ia mengatakan, dengan mengusung tema The Glory Of Harytage, dimaksudkan bisa menunjukkan kebanggan masyarakat Banjarmasin terhadap warisan budaya Banjar itu.
“Mudah mudahan dengan digelarnya diskusi ini kita bisa menemukan berbagai karya western nusantara. Sehingga kita bisa semakin mengedepankan sasirangan sebagai salah satu karya western nusantara,” harapnya.
Sementara itu, Walikota Banjarmasin, H Ibnu Sina mengatakan saat pembukaan kegiatan tersebut menekankan, pelestarian kain sasirangan bertujuan untuk mengangkat budaya serta kearifan lokal hingga tak hanya dikenal di Indonesia tetapi hingga mendunia.
“Sasirangan mau dibawa kemana? Sasirangan akan kita bawa keseluruh dunia,” tegasnya.
Dikatakannya lagi, beberapa upaya yang telah dilakukan Pemko Banjarmasin untuk menjadikan kain sasirangan sebuah kebanggan adalah, selain berkolaborasi dengan Dekranasda Kota Banjramasin menggelar berbagai event, juga telah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan semua ASN lingkup Pemko Banjarmasin memakai kain sasirangan seminggu dua kali.
“Selain itu, satu kali setiap bulan, ASN Pemko Banjarmasin juga di wajibkan memakai kain sasirangan pewarna alam,” bebernya.
Tutupnya ia menerangkan, meskipun kain sasirangan tidak bisa didaftarkan sebagai hak cipta, dan yang bisa didaftarkan hanya motif dan mereknya saja, tetapi sebagai pewaris budaya sasirangan paling tidak dalam kegiatan ini ada pembelajaran.
“Artinya bahwa sasirangan itu budaya Kalimantan Selatan. Sasirangan itu produk Kota Banjarmasin, sebuah produk western nusantara yang diproduksi oleh masyarakat Kalimantan Selatan,” pungkasnya.(Diskominfotik-bjm)
Kegiatan tersebut adalah salah satu rangkaian acara Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) 2020. Tentu kegiatan tersebut sangat menarik, mengingat hingga saat ini tidak semua lapisan masyarakat paham dengan tujuan dilestarikannya kain khas pakaian raja Banjar ini.
Begitu pula ketika sasirangan dijadikan sebuah ajang festival, ternyata masih banyak masyarakat yang belum begitu paham dengan maksud serta tujuan dilaksanakan event yang kini sudah ke empat kalinya dan menjadi agenda tahunan Pemko Banjarmasin itu.
Oleh sebab itu pada BSF ke 4 ini, Ketua Dekranasda Kota Banjarmasin, Hj Siti Wasilah mengambil kesempatan dengan menggelar diskusi public dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat, beserta para ahli yang spesial didatangkan dalam acara tersebut.
Sebut saja seperti, dari Kementerian Perindustrian RI, Kementerian Hukum dan HAM, Plt Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Tenaga Kerja Kota Banjarmasin, dan para kepala SKPD terkait lainnya.
“Mudah mudahan dengan bimbingan bapak dan ibu, kami seluruh pengrajin di Kota Banjarmasin bisa terus mengangkat kebanggaan kami, dan juga bisa mendorong berkembangnya usaha kecil menengah khususnya para pengrajin yang sudah berhadir pada hari ini,” kata Ketua Dekranasda Kota Banjarmasin, Hj Siti Wasilah.
Lanjtnya ia mengatakan, dengan mengusung tema The Glory Of Harytage, dimaksudkan bisa menunjukkan kebanggan masyarakat Banjarmasin terhadap warisan budaya Banjar itu.
“Mudah mudahan dengan digelarnya diskusi ini kita bisa menemukan berbagai karya western nusantara. Sehingga kita bisa semakin mengedepankan sasirangan sebagai salah satu karya western nusantara,” harapnya.
Sementara itu, Walikota Banjarmasin, H Ibnu Sina mengatakan saat pembukaan kegiatan tersebut menekankan, pelestarian kain sasirangan bertujuan untuk mengangkat budaya serta kearifan lokal hingga tak hanya dikenal di Indonesia tetapi hingga mendunia.
“Sasirangan mau dibawa kemana? Sasirangan akan kita bawa keseluruh dunia,” tegasnya.
Dikatakannya lagi, beberapa upaya yang telah dilakukan Pemko Banjarmasin untuk menjadikan kain sasirangan sebuah kebanggan adalah, selain berkolaborasi dengan Dekranasda Kota Banjramasin menggelar berbagai event, juga telah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan semua ASN lingkup Pemko Banjarmasin memakai kain sasirangan seminggu dua kali.
“Selain itu, satu kali setiap bulan, ASN Pemko Banjarmasin juga di wajibkan memakai kain sasirangan pewarna alam,” bebernya.
Tutupnya ia menerangkan, meskipun kain sasirangan tidak bisa didaftarkan sebagai hak cipta, dan yang bisa didaftarkan hanya motif dan mereknya saja, tetapi sebagai pewaris budaya sasirangan paling tidak dalam kegiatan ini ada pembelajaran.
“Artinya bahwa sasirangan itu budaya Kalimantan Selatan. Sasirangan itu produk Kota Banjarmasin, sebuah produk western nusantara yang diproduksi oleh masyarakat Kalimantan Selatan,” pungkasnya.(Diskominfotik-bjm)
Posting Komentar