BANJARMASIN - Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina menegaskan, penyumbang
terbesar sampah di Kota Banjarmasin adalah penggunaan kantong plastik
secara berlebihan.
Banyaknya peredaran kantong plastik itu, jelasnya, bermula dari adanya promosi pemberian kantong plastik secara gratis yang dilakukan di toko-toko modern (minimarket dan supermarket), yang kemudian memicu perubahan perilaku konsumen menjadi berlebihan dalam menggunakan kantong plastik. “Akibatnya timbunan sampah kantong plastik di TPA, sungai, danau, dan laut menjadi meningkat.” ujarnya.
Diterangkannya, total potensi sampah kantong plastik yang beredar di kota berjuluk seribu sungai mencapai 270 juta lembar per hari,atau 9,85 miliar lembar per tahun. “Jumlah ini terus bertambah setiap tahunnya. Padahal, kantong- kantong plastik itu tidak akan hancur hingga lebih dari 100 tahun,” ucapnya.
Karena itu, H Ibnu Sina juga mengajak seluruh pihak untuk bekerjasama mencari solusi sampah plastik tersebut. “Sampah plastik dan mikroplastik merupakan ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati perairan saat ini. Jika ini terus dibiarkan dapat mengakibatkan ancaman polutan yang lebih besar, dan mengganggu kesehatan manusia karena mengkonsumsi ikan yang memakan sampah plastik tersebut.” jelasnya.
Dikatakannya lagi, Kota Banjarmasin adalah kota pertama di Indonesia yang menerapkan diet kantong plastik. Perwali nomor 18 tahun 2016 itu diterbitkan untuk menekan semakin membengkaknya sampah plastik di Kota Banjarmasin. “Kota Banjarmasin benar-benar melarang penggunaan kantong plastik ini. Saya berharap daerah lain dan pemerintah pusat bisa segera menyusul Kota Banjarmasin, ini menunjukkan kepada dunia keseriusan Indonesia menangani sampah plastik.” ujarnya.(humpro-bjm)
Banyaknya peredaran kantong plastik itu, jelasnya, bermula dari adanya promosi pemberian kantong plastik secara gratis yang dilakukan di toko-toko modern (minimarket dan supermarket), yang kemudian memicu perubahan perilaku konsumen menjadi berlebihan dalam menggunakan kantong plastik. “Akibatnya timbunan sampah kantong plastik di TPA, sungai, danau, dan laut menjadi meningkat.” ujarnya.
Diterangkannya, total potensi sampah kantong plastik yang beredar di kota berjuluk seribu sungai mencapai 270 juta lembar per hari,atau 9,85 miliar lembar per tahun. “Jumlah ini terus bertambah setiap tahunnya. Padahal, kantong- kantong plastik itu tidak akan hancur hingga lebih dari 100 tahun,” ucapnya.
Karena itu, H Ibnu Sina juga mengajak seluruh pihak untuk bekerjasama mencari solusi sampah plastik tersebut. “Sampah plastik dan mikroplastik merupakan ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati perairan saat ini. Jika ini terus dibiarkan dapat mengakibatkan ancaman polutan yang lebih besar, dan mengganggu kesehatan manusia karena mengkonsumsi ikan yang memakan sampah plastik tersebut.” jelasnya.
Dikatakannya lagi, Kota Banjarmasin adalah kota pertama di Indonesia yang menerapkan diet kantong plastik. Perwali nomor 18 tahun 2016 itu diterbitkan untuk menekan semakin membengkaknya sampah plastik di Kota Banjarmasin. “Kota Banjarmasin benar-benar melarang penggunaan kantong plastik ini. Saya berharap daerah lain dan pemerintah pusat bisa segera menyusul Kota Banjarmasin, ini menunjukkan kepada dunia keseriusan Indonesia menangani sampah plastik.” ujarnya.(humpro-bjm)
Posting Komentar