BANJARMASIN – Langkah antisipasi apabila terjadi konflik berbau Suku,
Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA) di kota berjuluk seribu sungai,
dilakukan Badan Kesbangpolimas Kota Banjarmasin.
Bersama Wakil Walikota Banjarmasin H Hermansyah dan jajaran Forkopimda Kota Banjarmasin, mereka mengujungi Kantor Kesbangpolimas tepatnya ke Bagian Komunitas Intelijen Daerah (KOMINDA) Kota Surabaya, Jatim, Rabu (07/11).
Dipilihnya Kota Surabaya sebagai tempat kegiatan tersebut lantaran, kota tersebut dinilai cepat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang bersinggungan dengan SARA dan sosial.
Menurut Wakil Walikota Banjarmasin H Hermansyah, saat ini situasi Kamtibmas di Kota Banjarmasin cukup aman dan terkendali.
Namun begitu, melihat maraknya beberapa kasus bermuatan SARA di beberapa daerah diluar Pulau Kalimantan, maka Kota Banjarmasin merasa sangat perlu untuk mengetahui cara mengantisipasi serta melakukan penanganan cepat bila hal tersebut terjadi. “Tujuan kami datang ke sini yang pertama ingin mengetahui hal yang berkaitan dengan penanganan konflik antar Suku, Agama, Ras dan Antara Golongan,” ujarnya.
Mudah-mudahan, harapnya, apa yang didapatkan dari Kota Surabaya nantinya bisa diterapkan di Kota Banjarmasin.
Plt Kepala Badan Kesbangpolimas Kota Surabaya, Edi menjelaskan, salah satu langkah upaya antisipasi yang dilakukan Pemko Surabaya dalam menangani masalah konflik SARA adalah dengan membentuk KOMINDA. “Dalam rangka menciptakan ketentraman, saya kira Kota Surabaya sama dengan Kota Banjarmasin. Di sini kita ada juga KOMINDA. Tapi jadwal pertemuan kita dengan KOMINDA setiap satu bulan sekali selalu ada. Kami membicarakan permasalahan-permasalahan aktual yang ada di kota maupun isu-isu yang dimiliki masing-masing institusi, itu kita bicarakan sehingga kita bisa mengantisipasi lebih jauh,” katanya.
Terkait dengan upaya dalam menangani konflik sosial, terangnya, Pemko Surabaya setiap tahun melaksanakan silaturahim dengan pengurus RT, RW, dan PMK. “Jumlah RW kita itu ada sekira 1.211, kemudian RT kita ada 9.150. Kita melaksanakan pertemuan selama 16 kali. Pertemuan itu kadang kita pecah-pecah dalam skala lebih kecil, sehingga masing-masing anggota KOMINDA dan Forkopimda dapat menyampaikan apa yang perlu diketahui oleh warga, dan juga perlu disikapi oleh masyarakat,” terangnya.
Selain mengadalkan kehadiran anggota KOMINDA, lanjutnya lagi, untuk mengantisipasi beragam konflik, Walikota bersama Forkopimda juga melakukan kegiatan turun langsung ke kecamatan. ”Di kecamatan kita undang RT, RW dan PMK. Satu bulan sekitar 16 kali pertemuan. Dalam satu minggu sekitar 4 kali pertemuan yang langsung dihadiri kelurahan hingga RW, disitu kita sampaikan program pemerintah berikut permasalahan dan langkah antisipasinya serta menyampaikan isu-isu terbaru termasuk masalah bencana alam,” jelasnya.
Untuk setiap tahunnya, beber Edi lagi, Pemko Surabaya juga melakukan pertemuan silaturahim dengan para pemuda yang ada di Kota Surabaya. Pertemuan yang dilaksanakan di Balai Kota itu bertujuan untuk membangun komunikasi dengan seluruh generasi muda. “Sekitar 2000 orang ada di Balaikota, ada perkumpulan dari Papua, Ambon, Manado, Dayak, semuanya ada, sampai Aceh juga ada. Kita berkomunikasi membicarakan, menyampaikan masalah yang ingin mereka sampaikan, disitu kita carikan solusinya, karena ada Kapolres, Danrem, Imigrasi, semuanya kita undang, sehingga kalau berhubungan dengan permasalahan bisa langsung kita minta yang berkepentingan untuk menjawabnya.Itu cara kami untuk menjalin rasa persatuan,” pungkasnya.(humpro-bjm).
Bersama Wakil Walikota Banjarmasin H Hermansyah dan jajaran Forkopimda Kota Banjarmasin, mereka mengujungi Kantor Kesbangpolimas tepatnya ke Bagian Komunitas Intelijen Daerah (KOMINDA) Kota Surabaya, Jatim, Rabu (07/11).
Dipilihnya Kota Surabaya sebagai tempat kegiatan tersebut lantaran, kota tersebut dinilai cepat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang bersinggungan dengan SARA dan sosial.
Menurut Wakil Walikota Banjarmasin H Hermansyah, saat ini situasi Kamtibmas di Kota Banjarmasin cukup aman dan terkendali.
Namun begitu, melihat maraknya beberapa kasus bermuatan SARA di beberapa daerah diluar Pulau Kalimantan, maka Kota Banjarmasin merasa sangat perlu untuk mengetahui cara mengantisipasi serta melakukan penanganan cepat bila hal tersebut terjadi. “Tujuan kami datang ke sini yang pertama ingin mengetahui hal yang berkaitan dengan penanganan konflik antar Suku, Agama, Ras dan Antara Golongan,” ujarnya.
Mudah-mudahan, harapnya, apa yang didapatkan dari Kota Surabaya nantinya bisa diterapkan di Kota Banjarmasin.
Plt Kepala Badan Kesbangpolimas Kota Surabaya, Edi menjelaskan, salah satu langkah upaya antisipasi yang dilakukan Pemko Surabaya dalam menangani masalah konflik SARA adalah dengan membentuk KOMINDA. “Dalam rangka menciptakan ketentraman, saya kira Kota Surabaya sama dengan Kota Banjarmasin. Di sini kita ada juga KOMINDA. Tapi jadwal pertemuan kita dengan KOMINDA setiap satu bulan sekali selalu ada. Kami membicarakan permasalahan-permasalahan aktual yang ada di kota maupun isu-isu yang dimiliki masing-masing institusi, itu kita bicarakan sehingga kita bisa mengantisipasi lebih jauh,” katanya.
Terkait dengan upaya dalam menangani konflik sosial, terangnya, Pemko Surabaya setiap tahun melaksanakan silaturahim dengan pengurus RT, RW, dan PMK. “Jumlah RW kita itu ada sekira 1.211, kemudian RT kita ada 9.150. Kita melaksanakan pertemuan selama 16 kali. Pertemuan itu kadang kita pecah-pecah dalam skala lebih kecil, sehingga masing-masing anggota KOMINDA dan Forkopimda dapat menyampaikan apa yang perlu diketahui oleh warga, dan juga perlu disikapi oleh masyarakat,” terangnya.
Selain mengadalkan kehadiran anggota KOMINDA, lanjutnya lagi, untuk mengantisipasi beragam konflik, Walikota bersama Forkopimda juga melakukan kegiatan turun langsung ke kecamatan. ”Di kecamatan kita undang RT, RW dan PMK. Satu bulan sekitar 16 kali pertemuan. Dalam satu minggu sekitar 4 kali pertemuan yang langsung dihadiri kelurahan hingga RW, disitu kita sampaikan program pemerintah berikut permasalahan dan langkah antisipasinya serta menyampaikan isu-isu terbaru termasuk masalah bencana alam,” jelasnya.
Untuk setiap tahunnya, beber Edi lagi, Pemko Surabaya juga melakukan pertemuan silaturahim dengan para pemuda yang ada di Kota Surabaya. Pertemuan yang dilaksanakan di Balai Kota itu bertujuan untuk membangun komunikasi dengan seluruh generasi muda. “Sekitar 2000 orang ada di Balaikota, ada perkumpulan dari Papua, Ambon, Manado, Dayak, semuanya ada, sampai Aceh juga ada. Kita berkomunikasi membicarakan, menyampaikan masalah yang ingin mereka sampaikan, disitu kita carikan solusinya, karena ada Kapolres, Danrem, Imigrasi, semuanya kita undang, sehingga kalau berhubungan dengan permasalahan bisa langsung kita minta yang berkepentingan untuk menjawabnya.Itu cara kami untuk menjalin rasa persatuan,” pungkasnya.(humpro-bjm).
Posting Komentar