BANJARMASIN - Turut
memeriahkan Festival Budaya Pasar Terapung 2018, Melalui Stand "Kampung
Banjar", Kota Banjarmasin menawarkan Apam Surabi yang juga dikenal
dengan Apam Batil, begitu sangat menggoda pengunjung. Para staf TP PKK
Kota Banjarmasin yang menjaga stand selalu kewalahan menerima pesanan
sejak pagi hari stand dibuka.
Walikota
Banjarmasin H. Ibnu Sina pun sempat mencicipi. Tak tanggung-tanggung,
Apam berbahan tepung yang masih panas, dengan siraman kuah gula merah
ini, dibuatkan langsung dari tangan Ketua TP PKK Kota Banjarmasin Hj.
Siti Wasilah. Bahkan, pada kesempatan tersebut, Staf Ahli Menteri
Bidang Multikultural Kementerian Pariwisata RI sekaligus Ketua Tim
Pelaksana Calender of Event Kementerian Pariwisata RI, Esthy Reko
Astuty, juga turut penasaran dengan rasa Apam Surabi Banjar ini. Beserta
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalsel Heriansyah dan Wakil Ketua TP
PKK Kota Banjarmasin Hj. Siti Fatimah, ia pun mencicipi Apam Surabi dan
kue khas jajanan Banjarmasin lainnya sambil menikmati rangkaian
Festival Pasar Terapung dan Keindahan Sungai Martapura.
Festival
Budaya Pasar Terapung 2018 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi
Kalsel ini memang salah satu agenda dari 100 Kalender Event Nasional
Indonesia yang dirangkum oleh Kementerian Pariwisata RI. Tujuannya,
tentu saja guna menarik wisatawan lokal maupun mancanegara guna
berkunjung ke Kalimantan Selatan, terutama ke Banjarmasin, karena event
ini di pusatkan di kawasan Tugu Nol Kilometer Jl. Jend. Sudirman
Banjarmasin. Selain menampilkan Parade Jukung Hias dan penampilan Pawai
Budaya, para pedagang Pasar Terapung pun tampak memenuhi sepanjang
siring Nol Kilometer.
Pemko
Banjarmasin tentunya tak menyi-nyiakan event ini. Selain sebagai tuan
rumah, Pasar Terapung memang sudah jadi ikon atau "Trade Mark"nya
Banjarmasin. Saat berbincang dengan Esthy, H. Ibnu Sina menuturkan
bagaimana Pasar Terapung yang sudah dikenal mancanegara, kini hadir tiap
hari sabtu dan minggu pagi di Siring Tandean. "Pasar terapung, adalah
salah satu sisi kearifan lokal dari Banjarmasin, kultur sungai sebagai
urat nadi masyarakat untuk perekonomian dan transportasi. Dari sinilah
dahulu, kue, makanan, buah, sayur, dan pangan lainnya bisa sampai dari
tangan ke tangan, semua terjadi dari satu jukung ke jukung lain, di atas
sungai Kuin dulunya" ujarnya menjelaskan. Pada
kesempatan tersebut, Hj Siti Wasilah dan Hj Siti Fatimah juga sempat
memperlihatkan pakem Nasi Astakona, yang merupakan Tumpeng khas Banjar
yang sering disajikan untuk upacara menerima tamu kehormatan Kesultanan
Banjar. (humpro-bjm)
Posting Komentar