BANJARMASIN – Kota Banjarmasin kini memiliki sebuah buku yang mengulas
tentang Tata Rias Pengantin Tradisional Banjar Pakem dari Abad ke Abad.
Buku karangan desainer kota seribu sungai, Kawang Yoedha, Sabtu (20/10) secara resmi diluncurkan oleh Ketua Dekranasda Kota Banjarmasin Hj Siti Wasilah, di Aula Kayuh Baimbai, Balai Kota Banjarmasin.
Dalam buku yang terbagi atas tiga BAB itu, Kawang Yoedha menjelaskan tiga pakaian pengantin adat Banjar berikut seluruh aksesoris dan tata riasnya.
Pakaian pengantin tersebut terdiri dari Ba’gajah Gamuling Baular Lulut yang digunakan pada abad XV sampai XVI.
Kemudian Ba’amar Galung Pancaran Matahari yang digunakan masyarakat Banjar sekira abad ke XVII hingga XVIII.
Dan yang ketiga adalah pakaian pengantin Ba’bajukun Galung Pacinan yang digunakan pada abad XIX.
Menurut Hj Siti Wasilah, buku tentang Tata Rias Pengantin Tradisional Banjar Pakem dari Abad ke Abad, sebuah karya yang luar biasa dan harus mendapatkan apresiasi dari semua pihak.
Buku tersebut, lanjutnya, menggambarkan kecintaan pada budaya Banjar yang menggambarkan kepatuhan dan ketaatan kepada nilai-nilai budaya dan kesetian untuk menjaganya. “Buku ni adalah juga bagian dari pesan-pesan tetuha budaya banjar yang sangat baik didokumentasikan oleh Bapak Kawang Yoedha beserta timnya dan tentu saja kita berharap bahwa buku ini menjadi bagian dari catatan sejarah yang akan bermanfaat untuk muda-mudi warga Banjarmasin secara khusus dan Kalimantan Selatan pada umumnya untuk memahami secara utuh bagaimana budaya banjar yang ditampilkan di dalam Busana Pengantin adat banjar,” ujarnya.
Ia berharap, dengan adanya buku tersebut para seniman dan budayawan juga bisa mencatat dan meneruskan apa yang sudah dititipkan oleh para tokoh budayawan terdahulu. “Saya titip pesan kepada Bapak Kawang Yoedha beserta seluruh tim dari Yayasan Mendulang (Menggapai Dunia Gemilang) ayo terus sosialisasikan buku ini, dan harus siap bergandengan tangan dengan siapapun. Dan saya titip pesan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin ayo kita bergandengan tangan, kita usung semangat luar biasa dari buku ini,” ucapnya.
Harapan lain yang disampaikannya dalam kegiatan yang dihadiri Gabungan Organisasi Wanita Kota Banjarmasin itu, agar seluruh lapisan masyarakat mewujudkan tampilan budaya Banjar sesuai dengan pakemnya. “Mari kita wujudkan upaya-upaya untuk menjaga tampilan budaya, khususnya budaya berpakaian pengantin yang sesuai dengan pakemnya, sesuai yang diharapkan di dalam buku ini dengan tetap memperhatikan hal-hal berkaitan dengan perkembangan zaman, namun tidak meninggalkan nilai-nilai budaya cantik terkemas di dalam budaya Banjar itu sendiri,” ajaknya.
Sementara itu, Kawang Yoedha dalam salah satu kata sambutannya menyatakan tekadnya untuk terus melestarikan budaya Banjar. “Kami dari nanang-nanang Banjar senior mempunyai tekad untuk melestarikan budaya Banjar, supaya jangan bergeser, jadi silahkan untuk mengadopsi walaupun tidak persis tapi paling tidak ada 90 persen nuansa Banjar itu tidak hilang,” tandasnya.(humpro-bjm)
Buku karangan desainer kota seribu sungai, Kawang Yoedha, Sabtu (20/10) secara resmi diluncurkan oleh Ketua Dekranasda Kota Banjarmasin Hj Siti Wasilah, di Aula Kayuh Baimbai, Balai Kota Banjarmasin.
Dalam buku yang terbagi atas tiga BAB itu, Kawang Yoedha menjelaskan tiga pakaian pengantin adat Banjar berikut seluruh aksesoris dan tata riasnya.
Pakaian pengantin tersebut terdiri dari Ba’gajah Gamuling Baular Lulut yang digunakan pada abad XV sampai XVI.
Kemudian Ba’amar Galung Pancaran Matahari yang digunakan masyarakat Banjar sekira abad ke XVII hingga XVIII.
Dan yang ketiga adalah pakaian pengantin Ba’bajukun Galung Pacinan yang digunakan pada abad XIX.
Menurut Hj Siti Wasilah, buku tentang Tata Rias Pengantin Tradisional Banjar Pakem dari Abad ke Abad, sebuah karya yang luar biasa dan harus mendapatkan apresiasi dari semua pihak.
Buku tersebut, lanjutnya, menggambarkan kecintaan pada budaya Banjar yang menggambarkan kepatuhan dan ketaatan kepada nilai-nilai budaya dan kesetian untuk menjaganya. “Buku ni adalah juga bagian dari pesan-pesan tetuha budaya banjar yang sangat baik didokumentasikan oleh Bapak Kawang Yoedha beserta timnya dan tentu saja kita berharap bahwa buku ini menjadi bagian dari catatan sejarah yang akan bermanfaat untuk muda-mudi warga Banjarmasin secara khusus dan Kalimantan Selatan pada umumnya untuk memahami secara utuh bagaimana budaya banjar yang ditampilkan di dalam Busana Pengantin adat banjar,” ujarnya.
Ia berharap, dengan adanya buku tersebut para seniman dan budayawan juga bisa mencatat dan meneruskan apa yang sudah dititipkan oleh para tokoh budayawan terdahulu. “Saya titip pesan kepada Bapak Kawang Yoedha beserta seluruh tim dari Yayasan Mendulang (Menggapai Dunia Gemilang) ayo terus sosialisasikan buku ini, dan harus siap bergandengan tangan dengan siapapun. Dan saya titip pesan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin ayo kita bergandengan tangan, kita usung semangat luar biasa dari buku ini,” ucapnya.
Harapan lain yang disampaikannya dalam kegiatan yang dihadiri Gabungan Organisasi Wanita Kota Banjarmasin itu, agar seluruh lapisan masyarakat mewujudkan tampilan budaya Banjar sesuai dengan pakemnya. “Mari kita wujudkan upaya-upaya untuk menjaga tampilan budaya, khususnya budaya berpakaian pengantin yang sesuai dengan pakemnya, sesuai yang diharapkan di dalam buku ini dengan tetap memperhatikan hal-hal berkaitan dengan perkembangan zaman, namun tidak meninggalkan nilai-nilai budaya cantik terkemas di dalam budaya Banjar itu sendiri,” ajaknya.
Sementara itu, Kawang Yoedha dalam salah satu kata sambutannya menyatakan tekadnya untuk terus melestarikan budaya Banjar. “Kami dari nanang-nanang Banjar senior mempunyai tekad untuk melestarikan budaya Banjar, supaya jangan bergeser, jadi silahkan untuk mengadopsi walaupun tidak persis tapi paling tidak ada 90 persen nuansa Banjar itu tidak hilang,” tandasnya.(humpro-bjm)
Posting Komentar