BANJARMASIN – Ketua Tim Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan
dan Anak (TP2TP2A) Kota Banjarmasin, Hj Siti Wasilah berpesan kepada
Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, agar terus memperhatiKan
pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Pesan itu disampaikannya, setelah menerima masukan dari beberapa orangtua anak berkebutuhan khusus, yang merasa, beberapa tahun silam, anak-anak mereka menerima perlakuan kurang berkenan dari beberapa sekolah negeri dan swasta yang ada di kota ini.
Makanya, di masa kepemimpinan Walikota H Ibnu Sina dan Wakil Walikota Banjarmasin H Hermansyah, ia menghendaki agar Kota Banjarmasin benar-benar bisa menjadi kota yang memiliki pendidikan inklusif ter baik di Provinsi Kalsel.
Terlebih, kata istri Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina ini lagi, saat ini di kota berjuluk seribu sungai ini telah cukup banyak sekolah negeri maupun swasta yang menyediakan guru khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus. “Kota Banjarmasin adalah ibukota Provinsi Kalimantan Selatan yang sudah seharusnya menjadi kota dengan pendidikan Inklusif ter baik di Kalimantan Selatan, dan saya memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Banjarmasin karena jejak pembangunan inklusif itu sekarang sudah sampai pada pembentukan roofmap menjadi Kota Inklusif yang lebih baik,” ujarnya, saat memberikan materi dalam kegiatan Sosialisasi Peran Orangtua Dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Inklusif, Sabtu (06/10).
Dalam kegiatan yang dihadiri Kabid Pendidikan, Disdik Kota Banjarmasin itu, Hj Siti Wasilah secara khusus berkomunikasi dengan para orangtua anak berkebutuhan khusus dari lima kecamatan yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Dari hasil komunikasi itu, wanita yang menjabat sebagai Ketua TP PKK Kota Banjarmasin ini kemudian menyarankan agar para orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk membuat Forum Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus. “Jadi apabila diantara bapak dan ibu yang anaknya dinyatakan auitis, jangan dianggap bahwa autis itu adalah anak yang tertinggal. Secara kognitif, mereka memiliki kemampuan-kemampuan yang bisa jadi tidak dimiliki oleh anak lain. Karena itu saya menyarankan setelah kegiatan ini untuk dibentuk forum orangtua,” pungkasnya.
Dari pantauan, selain mendengarkan beberapa masukan dari para pemateri, kegiatan tersebut juga diisi dengan sharing dari beberapa orangtua tentang cara mereka memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka yang memiliki kebutuhan khusus.(humpro-bjm)
Pesan itu disampaikannya, setelah menerima masukan dari beberapa orangtua anak berkebutuhan khusus, yang merasa, beberapa tahun silam, anak-anak mereka menerima perlakuan kurang berkenan dari beberapa sekolah negeri dan swasta yang ada di kota ini.
Makanya, di masa kepemimpinan Walikota H Ibnu Sina dan Wakil Walikota Banjarmasin H Hermansyah, ia menghendaki agar Kota Banjarmasin benar-benar bisa menjadi kota yang memiliki pendidikan inklusif ter baik di Provinsi Kalsel.
Terlebih, kata istri Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina ini lagi, saat ini di kota berjuluk seribu sungai ini telah cukup banyak sekolah negeri maupun swasta yang menyediakan guru khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus. “Kota Banjarmasin adalah ibukota Provinsi Kalimantan Selatan yang sudah seharusnya menjadi kota dengan pendidikan Inklusif ter baik di Kalimantan Selatan, dan saya memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Banjarmasin karena jejak pembangunan inklusif itu sekarang sudah sampai pada pembentukan roofmap menjadi Kota Inklusif yang lebih baik,” ujarnya, saat memberikan materi dalam kegiatan Sosialisasi Peran Orangtua Dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Inklusif, Sabtu (06/10).
Dalam kegiatan yang dihadiri Kabid Pendidikan, Disdik Kota Banjarmasin itu, Hj Siti Wasilah secara khusus berkomunikasi dengan para orangtua anak berkebutuhan khusus dari lima kecamatan yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Dari hasil komunikasi itu, wanita yang menjabat sebagai Ketua TP PKK Kota Banjarmasin ini kemudian menyarankan agar para orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk membuat Forum Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus. “Jadi apabila diantara bapak dan ibu yang anaknya dinyatakan auitis, jangan dianggap bahwa autis itu adalah anak yang tertinggal. Secara kognitif, mereka memiliki kemampuan-kemampuan yang bisa jadi tidak dimiliki oleh anak lain. Karena itu saya menyarankan setelah kegiatan ini untuk dibentuk forum orangtua,” pungkasnya.
Dari pantauan, selain mendengarkan beberapa masukan dari para pemateri, kegiatan tersebut juga diisi dengan sharing dari beberapa orangtua tentang cara mereka memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka yang memiliki kebutuhan khusus.(humpro-bjm)
Posting Komentar