BANJARMASIN - Keinginan Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina agar kegiatan Workshop Historic Urban Landscape (HUL) Quick Scan Banjarmasin, menghasilkan sebuah kertas kerja (rekomendasi) yang dapat digunakan sebagai masukan untuk pengembangan dan pembenahan kota, akhirnya kesampaian.
Meski saat ini beberapa point rekomendasi yang telah ditelurkan itu hanya bersifat sementara. Namun, H Ibnu Sina sangat mengapresiasi kerja keras seluruh peserta kegiatan yang dilaksanakan dari 27 Oktober-2 November 2019, di Rumah Anno. “Kami sudah menyampaikan hasil sementara ini kepada Walikota Banjarmasin melalui kegiatan audiensi di rumah Walikota pada, Jumat, 1 Nopember 2019,” ujar Kabid Pengembangan Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin, M Khuzaimi, dalam pers riliesnya yang disampaikan kepada Humas dan Protokol Setda Kota Banjarmasin, Sabtu,(02/11).
Lalu kapan rekomendasi lengkap dan terperincinya diterbitkan. Masih menurut pria yang akrab dipanggil Pak Jimmi, tim HUL akan bekerja secepatnnya sehingga dalam waktu yang tidak lama laporan akhir yang lebih lengkap dan mendetail akan disampaikan. Adapun kertas kerja sementara atau hasil sementara Workshop Historic Urban Landscape (HUL) Quick Scan Banjarmasin itu berbunyi, Banjarmasin merupakan salah satu kota pusaka di Indonesia yang berbasis air dan dikenal sebagai Kota Seribu Sungai. Kota Banjarmasin hari ini telah mencoba untuk memperbaiki kembali hubungannya dengan sungai. Sungai merupakan identitas Kota Banjarmasin yang kuat. Sungai tidak hanya berfungsi sebagai elemen lingkungan, tetapi juga sebagai elemen pembentuk budaya Kota Banjarmasin. Sungai dapat menjadi inspirasi sebagai identitas Kota Banjarmasin yang unik. Karakteristik dan dinamika Kota Banjarmasin saat ini, sangat berkaitan dengan sejarah perkembangan kota berbasis sungai. Sungai-sungai besar sebagai penghubung antara Banjarmasin dan daerah sekitarnya telah mendorong munculnya permukiman dan pusat-pusat ekonomi di sekitar sungai, seperti Pasar Lama, Pasar Kelayan dan lain-lain. Hubungan seperti ini bila dikelola dengan baik akan membuat Banjarmasin sebagai kota yang berkelanjutan berbasis pada aspek lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya yang sejalan dengan semangat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDG’s (Sustainable Development Goals). Jejak sejarah perkembangan kota merupakan aset “heritage” (pusaka) Kota Banjarmasin. Elemen-elemen “heritage” di Banjarmasin adalah suatu kualitas ruang kota yang terdiri dari elemen teraga (sungai, bangunan, pasar, kampung) dan elemen tidak teraga (tradisi, kerajinan, hikayat, upacara, keahlian, kearifan lokal). Keseluruhan elemen teraga dan tidak teraga ini yang disebut sebagai Historic Urban Landscape (landscape perkotaan bersejarah). Banjarmasin berbeda dengan kota-kota pusaka lainnya yang memiliki kota lama berbasis darat, seperti Jakarta dan Semarang. Banjarmasin tidak memiliki bangunan-bangunan bersejarah yang monumental, melainkan memiliki keunggulan narasi sejarah yang tidak kalah uniknya. Bila Banjarmasin menetapkan visi sebagai kota pusaka berbasis sungai, maka Banjarmasin bisa menjadi model bagi kota-kota pusaka berbasis sungai lainnya, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di wilayah Asia Tenggara yang saat ini sedang giat mengelola aset “heritage” yang berhubungan dengan sungai. Seperti pemberitaan sebelumnya, dua puluh satu orang peserta, terdiri dari mahasiswa dan profesional muda berasal dari Kota Banjarmasin dan beberapa daerah lain di luar Pulau Kalimantan, mengikuti kegiatan Workshop Historic Urban Landscape (HUL) Quick Scan Banjarmasin. Kegiatan yang menghadirkan beberapa narasumber terdiri dari Hasti Tarekat dari Heritage Hands-on Belanda, Jacqueline Rosbergen dan Peter Timmer dari Badan Warisan Budaya, Kementrian Pendidikan, Kebudayan dan Ilmu Pengatahuan Belanda, dan Vera D Damayanti dari Departemen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor, dilaksanakan di Rumah Anno, Siring Tendean, Banjarmasin. Di hari kedua pelaksanaan kegiatan di Rumah Anno, Siring Menara Pandang Kota Banjarmasin, pemimpin Bumi Kayuh Baimbai berkesempatan hadir di tengah-tengah narasumber dan peserta workshop tersebut. “Kami berharap dengan acara ini kita bisa mendapatkan kertas kerja, yang kemudian menjadi sebuah masukan dari semua pihak, termasuk juga bagi Kota Banjarmasin,” harapnya, Senin (28/10)
Kota Banjarmasin merupakan ibukota tertua di Pulau Kalimantan. Meski usia kota ini telah mencapai 493 tahun, namun H Ibnu Sina tetap ingin seluruh masyarakatnya tetap penuh semangat dalam membangun kota “Kotanya boleh tua, tapi dinamika penduduknya tidak boleh tua,” katanya.(humpro-bjm)
Posting Komentar