BANJARMASIN - Ada hal menarik saat Walikota Banjarmasin Ibnu Sina berada di Denmark, tepatnya ketika ia bertemu dengan Duta Besar RI untuk Denmark dan Lithuania, Muhammad Ibnu Said.
Dalam pertemuan tersebut Ibnu Sina memberikan sebuah kenang-kenangan kepada Muhammad Ibnu Said, berupa sehelai kain sasirangan khas Kota Banjarmasin.
Tak mengira akan mendapatkan oleh-oleh khas kota seribu sungai, Duta Besar itu terkejut bercampur senang.
Ia kemudian menawarkan kepada Ibnu Sina akan menyediakan sebuah stand khusus untuk Kota Banjarmasin di kedutaan Denmark, yang bisa digunakan untuk memajang kain sasirangan dan batu-batuan permata khas Kota Banjarmasin dan Kalsel.
Tawaran tersebut, tentu saja tak disia-siakan Ibnu Sina. Orang nomor satu di Kota Banjarmasin ini pun menyatakan akan segera mengisi stand tersebut dengan produk-produk unggulan Kota Banjarmasin yang salah satunya kain sasirang. “Nanti kami akan melengkapinya juga dengan informasi wisata dan kerajinan khas lainnya,” ucap Ibnu Sina.
Seperti diketahui, Walikota Banjarmasin Ibnu Sina mendapat undangan kehormatan dari Kedutaan Denmark (Royal Danish Ambassy) di Jakarta, untuk mengikuti Program Pemecahan Masalah Sampah.
Selain Walikota Banjarmasin, pihak Kedutaan Denmark juga mengundang Pemerintah Kota Jakarta, Tangerang, Makassar, Cilacap, Provinsi Jabar, Provinsi Jateng, Provinsi Sulut, kemudian Kemenko Maritim, dan Kemenko Ekonomi serta Kementerian ESDM.
Selama berada di Denmark, ada beberapa kegiatan yang dilakukan orang nomor satu di Kota Banjarmasin itu, diantaranya kunjungan ke Kota Copenhagen, untuk mempelajari pengelolaan sampah skala kota.
Menurut Ibnu Sina, dalam pertemuannya dengan Pemerintah Kota Copenhagen, ia banyak mendapatkan pengetahuan tentang pengelolaan sampah. Satu diantaranya tentang pembiayaan atau penarikan pajak sampah.
Di kota yang mayoritas masyarakatnya menggunakan sepeda ini, jelasnya, besaran pembiayaan atau penarikan pajak sampahnya sekira Rp6 juta per tahun atau sekitar Rp500 ribu per bulan. “Untuk jumlah penduduknya hampir sama dengan Kota Banjarmasin yakni sekitar 600 ribu jiwa, tapi penarikan pajak sampah berbeda dengan di Kota Banjarmasin. Di kawasan tempat tinggal kami hanya sekitar Rp50 ribu per bulan,” kata Ibnu Sina
Selain di Kota Copenhagen, Ibnu Sina juga mengunjungi Kota Odense. Kota yang berjarak sekira 80 km dari Kota Copenhagen itu, Ibnu Sina ini kembali mengorek informasi tentang tentang pengelolaan sampah.
Dikatakannya, masyarakat Kota Odense memiliki kesadarannya yang sangat tinggi tentang kebersihan lingkungan. Hal tersebut bisa dilihat dari cara mereka mengelola sampah dengan membuangnya sesuai jenisnya ke dalam 32 buah kontainer yang tersedia, kemudian membawa sendiri ke Tempat Pembuangan Sampah (TPA).
Tak puas hanya melihat pengelolaan sampah di Kota Odense, mantan anggota DPRD Kalsel ini lalu melanjutkan kegiatannya dengan melihat langsung TPA yang menggunakan system sanitary landfill.
Hal menarik yang ditemukan di TPA tersebut, terangnya, selain menghasilkan gas metan yang dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dan pemanas ruangan, TPA tersebut juga dijadikan perbukitan hijau dan asri untuk rekreasi warga kota.
Puas mendapatkan beragam informasi tentang pengelolaan sampah di TPA tersebut, Ibnu Sina melanjutkan perjalananya dengan mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, Amager Resource Center (ARC), yang setiap tahun membakar 435.ribu ton sampah dan memproduksi 135 MW listrik serta 766 MW pemanas (heat) untuk 140.ribu pelanggan rumah tangga. Selanjutnya, Ibnu mengunjungi Danish Energy Agency.
Di negara tersebut, Ibnu Sina juga mengikuti presentasi di House of Green (State of Green) di DAKOFA. Dan dalam kesempatan tersebut, ia secara khusus memberikan souvenir kain sasirangan kepada Mr Soren Freil dari Kementerian Lingkungan dan Pangan.(humpro-bjm)
Posting Komentar